Blake Irving, seorang karyawan Microsoft (kini CEO GoDaddy) yang masuk ke Redmond bersamaan dengan Satya Nadella pernah mendapatkan pertanyaan dari wartawan, “Seperti apa suasana kerja di Microsoft? Seperti apa orang-orangnya saat Anda bekerja di sana?”
Irving tertawa. Dia kemudian berkata, “Pada awal saya bekerja di sana, ada dua tipe karyawan Microsoft. Ketika Anda menjelaskan atau mengatakan sesuatu, tipe pertama menunggu sela yang tepat untuk menyerang dan menghancurkan Anda dengan argumennya. Sementara tipe satunya mendengarkan untuk belajar. Yang kedua ini lebih sedikit, di antaranya yang terkenal adalah Satya.” Irving terlihat mengenang masa-masa itu. “Satya adalah orang yang bisa menahan rasa tidak percaya dan opininya untuk mendengarkan pendapat Anda sepenuhnya. Perbedaan kecil antara mendengarkan untuk siap membantah dan mendengarkan untuk belajar bukan hal yang sederhana. Ini hal besar! Satya memang berbicara dengan lembut, tapi dia penuh energi, ini kombinasi yang aneh sebenarnya.”
Red Dog
Fokus Microsoft di mesin pencari menjadikan timbulnya beberapa eksperimen dengan menggunakan resource yang serupa dengan Bing, tapi bercabang ke hal lain. Sejak tahun 2008, Ray Ozzie, salah satu eksekutif Microsoft sudah mengembangkan infrastruktur cloud rahasia yang diberi codename: Red Dog. Aktivitas Red Dog terungkap ketika reporter yang dekat dengan Microsoft, Mary Jo Foley, menemukan lowongan pekerjaan bahwa Microsoft sedang mencari beberapa orang dengan klasifikasi engineer untuk Red Dog. Jo Foley kemudian menulis artikel dengan pendapat pribadi bahwa proyek ini kemungkinan adalah upaya Microsoft untuk menyaingi AWS Amazon. Nadella sendiri tentu saja sudah mengetahui keberadaan Red Dog, namun karena masih berstatus ‘proyek rahasia’ – dan seperti umumnya eksperimen yang masih berstatus dirahasiakan di Microsoft – kebanyakan timnya hanya menyampaikan laporan pertanggungjawaban dana dan pencapaian akhir dalam periode tahunan, atau jika ada hal yang sangat penting untuk dilaporkan, selain itu kebanyakan mereka tidak ingin diganggu. Nadella tergelitik untuk memahami Red Dog lebih jauh. Dia mendapati hal yang mengejutkan. Nadella sudah tahu bahwa sistem server and tool business (STB) di Microsoft memiliki struktur bertingkat, akan tetapi Red Dog ternyata benar-benar terpisah dari Bing!
Dari temuan itu, Nadella mendapatkan dua hal baru yang entah bisa dianggap masalah atau malah kekuatan bagi Microsoft. Pertama, infrastruktur cloud Microsoft, jauh lebih besar dan kuat daripada yang tampak. Kedua, sayangnya, infrastruktur tersebut terpisah-pisah. Banyaknya divisi dalam Microsoft memang sampai-sampai menimbulkan situasi unik: Kadang satu divisi tidak mengetahui adanya divisi lainnya.
Dari sisi eksternal muncul tantangan lain. Steve Ballmer, tanpa mempertimbangkan situasi dan kondisi proyek (yang masih sedang berjalan dan berstatus rahasia), mengumumkan bahwa Microsoft telah sepenuhnya masuk ke bisnis Cloud. Steve juga mendorong transformasi bisnis Office ke arah teknologi Cloud secara agresif. Ekspektasi publik terhadap Microsoft langsung tinggi. Padahal situasi nyatanya: Amazon dan IBM sudah menghasilkan miliaran dolar dari Cloud, sementara Microsoft masih nol. Ini tentu saja menjadikan Nadella semakin pusing. Akhirnya dia sadar, Ballmer tidak main-main sama sekali saat mengatakan bahwa dia akan jatuh bersama Cloud jika gagal!
Seakan beban yang dipikulnya kurang berat, Microsoft secara resmi menyampaikan pengumuman: “Nadella dan timnya bertugas memimpin transformasi perusahaan Microsoft ke bisnis cloud dan menyediakan roadmap teknologi dan visi masa depan cloud computing.”
Nadella tersenyum dan melambaikan tangan ke arah para wartawan dalam jumpa pers pengumuman itu, namun rasanya dia ingin menangis.
Kerja sama menyelesaikan segalanya
Belajar dari masa remajanya saat sekolah, serta bagaimana ayahnya, sang pegawai negeri yang patriotik, Nadella mendapatkan ilham bahwa masalah utama yang perlu dibereskan adalah menyatukan resource cloud yang terpecah-pecah ini dan bergerak secara kolektif untuk mengejar tujuan yang telah direncanakan. Nadella mengadakan rapat dengan orang-orang yang bertanggungjawab menangani Bing, STB, dan Red Dog. Ide sederhana Nadella adalah: Server terpisah-pisah yang menangani proyek-proyek cloud dan server Microsoft, sebenarnya bisa disatukan. Ini akan menyediakan sebuah solusi hibrid. Server yang mampu menangani kebutuhan Microsoft sendiri, sekaligus diakses oleh publik secara cloud. Tentu saja rapat itu berlangsung sengit. Tim yang terlibat memiliki kekuatan resource yang setara dan tentu saja ogah untuk saling berbagi. Namun Nadella meyakinkan mereka bahwa ada cara kreatif untuk dapat mewujudkan ini. Nadella menyampaikan pemikirannya bahwa jika seluruh sumber daya Microsoft ini disatukan, selain dapat diakses perusahaan juga melayani kebutuhan publik, maka pasti akan ada keuntungan timbal balik. Tim Office dan server bisnis akan dapat memenuhi kebutuhan pelanggannya dengan bantuan AI dan machine learning yang pengembangannya dilakukan oleh Bing. Sebaliknya akan memperoleh informasi lebih banyak yang dibutuhkan untuk mengembangkan dirinya. Semua bisa dilakukan secara integratif.
Menerima argumen Nadella, tim-tim yang tadinya saling terpisah tersebut bersedia untuk bekerja sama. Dalam proses ini, Nadella memperkuat sumber dayanya dengan merekrut orang-orang baru yang mumpuni. Selain mengembangkan teknologi yang ada, rekrutan yang masih ‘segar’ ini tentu saja dapat memberikan sudut pandang tersendiri karena mereka memandang keseluruhan resource Microsoft dari luar yang akan bermanfaat dalam menyatukan tim. Salah satu rekrutan yang menonjol adalah Scott Guthrie, sebelumnya terlibat di beberapa startup dan merupakan developer ulung. Wawasan Guthrie diperlukan untuk menciptakan platform cloud yang unggul. Nadella juga memindahkan beberapa anggota tim, misalnya Takeshi Numoto dari Office, bergabung ke STB. Wawasannya dari divisi Office jelas akan sangat bermanfaat, karena Ballmer sendiri menginginkan agar Office bergerak secara cloud, dan terintegrasi dengan server bisnis Microsoft.
Salah satu keputusan fenomenal Nadella dalam pengembangan cloud, yang mana diambil setelah berdiskusi dengan Scott Guthrie, Microsoft perlu untuk mendukung Linux, karena ini merupakan platform yang dipakai secara umum di banyak perusahaan dan dunia bisnis. Ballmer tentu saja syok ketika Nadella dengan hati-hati menyampaikan ini. Sebagai karyawan generasi pertama Microsoft, Steve Ballmer adalah tipe orang yang meyakini bahwa platform terbaik adalah Microsoft. Jika di luar sana platform terbaik bukan milik Microsoft, maka Microsoft harus membuat sesuatu yang akan menjadi platform terbaik. Belum lagi jika melihat sejarah, Linux, adalah platform yang dibuat dengan ‘energi kebencian’ terhadap Microsoft! Namun karena dia sudah berjanji untuk memberikan dukungan penuh pada Nadella, maka dia pun merestui keputusan ini.
Mendapatkan restu Ballmer pun bukan berarti masalah beres. Memberikan dukungan kelas satu terhadap Linux di platform cloud milik Microsoft bukan hanya dilema teknis, tapi juga sebuah perubahan budaya. Sebagian besar elemen Microsoft memandang Linux sebagai musuh. Namun Nadella tidak melihatnya seperti itu. ‘Kerja sama’ adalah moto yang dipegangnya dengan teguh untuk mencapai kesuksesan.
Nadella dengan telaten berupaya menyatukan semua elemen yang saling bertabrakan di Microsoft. Dia memberikan sebuah gambaran besar kepada seluruh tim. Platform Microsoft Cloud, nantinya tidak hanya akan digunakan oleh pengguna setia produk Microsoft saja, tapi bisa digunakan oleh banyak platform. Intinya: semua produk teknologi yang ada nantinya akan mengalir dalam ‘jalan raya’ yang sama, dan Nadella ingin Microsoft terlibat dalam semua itu. Untuk awalnya, semua layanan Microsoft, seperti Bing, Office 365, Xbox, dan banyak lainnya, akan dijalankan dalam satu infrastruktur cloud yang sama, dan infrastruktur ini akan mampu memberikan layanan juga bagi platform lainnya. Sebuah gagasan ambisius!
Pada tanggal 1 Februari 2010, platform cloud ini sudah mulai kelihatan bentuknya, dan diberi nama: Azure!
Perjuangan Nadella mengatasi berbagai masalah di divisi cloud, serta ‘menyeret’ seluruh divisi ke sebuah visi besar mulai menampakkan hasil. Baca petualangan sang CEO Microsoft ini di Kisah Silicon Valley #89 – Sukses Datangnya dari Awan.
Referensi
Konrad, Alex. (2018). Exclusive CEO Interview: Satya Nadella Reveals How Microsoft Got Its Groove Back. Forbes.
Nadella, Shaw, and Nichols. (2017). Hit Refresh: The Quest to Rediscover Microsoft’s Soul and Imagine a Better Future for Everyone.
Nusca, Andrew. (2016). The Man who is Transforming Microsoft. Fortune.
Soper, Taylor. (2017). Microsoft CEO Satya Nadella recounts his first time meeting Steve Ballmer in 1992. Geekwire.
Sumber https://indoint.com/
0 comments:
Post a Comment