DokterSehat.Com– Dunia dikejutkan dengan aksi terorisme yang terjadi di Selandia Baru. Sekitar 49 orang dinyatakan tewas dan puluhan lainnya terluka setelah diberondong peluru oleh pelaku di dua masjid yang ada di pusat kota Christchurch. Hingga saat ini, empat orang ditahan kepolisian Selandia Baru. Salah satunya adalah warga Australia.
Penyebab Penembakan di Masjid Selandia Baru
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardem menyebut aksi ini sebagai tindakan terorisme yang harus dikutuk. Salah satu pelakunya adalah Brenton Tarrant dari Australia yang mengklaim serangannya sebagai pembelaan bagi orang-orang kulit putih. Tarrant juga menyebut imigran tidak akan pernah mampu menaklukkan tanah milik orang kulit putih.
Tarrant mengaku telah merencanakan aksi terorisme ini selama dua tahun namun baru memutuskan untuk menyerang masjid di kota Christchurch tiga bulan lalu. Menurutnya, Selandia Baru adalah sasaran empuk karena selalu dianggap sebagai negara yang paling aman di dunia.
Korban Penembakan di Selandia Baru Ada WNI
Selain warga lokal, ternyata ada WNI yang juga menjadi korban aksi terorisme brutal di Selandia Baru. Mereka adalah ayah dan anak bernama Zulfirmansyah dan Mohammad Rais. Menurut Duta Besar RI yang ada di Wellington, Selandia Baru, Tantowi Yahya, keduanya masih dirawat di rumah sakit akibat mengalami luka tembak. Saat aksi penembakan berlangsung, keduanya berada di Masjid Linwood.
Di dalam Masjid Al Noor yang juga menjadi lokasi aksi terorisme terdapat enam WNI yang sedang beribadah. Salah seorang mahasiswa yang ada di masjid ini melaporkan insiden ini ke KBRI Selandia Baru melalui telepon. Dia mengaku bisa kabur bersama dengan dua rekannya ke rumah warga dekat dengan lokasi kejadian. Dia melihat ada tiga WNI lainnya di masjid namun tidak mengetahui apakah mereka selamat atau tidak.
Pihak kedutaan pun akan segera mengecek kondisi WNI di Selandia Baru, khususnya yang ada di Kota Christchurch mengingat data dari KBRI mencatat ada 344 WNI di kota tersebut dengan 144 diantaranya masih berstatus pelajar.
Mengenal Lebih Jauh Tentang Luka Tembak
Jika kita membayangkan luka tembak akibat peluru dari senjata api, hal pertama yang terpikir adalah meningkatnya risiko kematian.
Anggapan ini memang benar, namun luka tembak belum tentu menyebabkan kematian meskipun peluru telah mencapai bagian tubuh yang rawan. Luka tembak memiliki ukuran serta bentuk yang berbeda-beda dan bergantung pada kecepatan peluru, jenis peluru, hingga jarak penembakan.
Satu hal yang pasti, luka tembak bisa menyebabkan cedera serius dan perdarahan parah. Pada banyak kasus, luka tembak bisa memicu kerusakan jaringan atau organ tubuh, patah tulang, hingga kelumpuhan pada korbannya.
Saat peluru yang ditembakkan mengenai tubuh, jaringan yang terkena peluru ini akan hancur. Peluru yang tajam akan segera menembusnya akan membuat lubang yang ukurannya semakin membesar. Semakin dekat jarak penembakan, semakin parah kerusakan pada jaringan tubuh.
Luka tembak di area dada
Bisa jadi organ penting seperti paru-paru, jantung, pembuluh darah besar, dan diafragma akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan perdarahan yang cukup parah dan meningkatkan risiko infeksi. Jika tidak segera ditangani secara medis, korban bisa langsung kehilangan nyawa.
Luka tembak di bagian perut
Bisa menyebabkan cedera pada organ dalam layaknya hati, ginjal, atau saluran pencernaan. Untuk mengatasinya, korban biasanya harus mendapatkan pembedahan dan obat-obatan termasuk antibiotik.
Mengingat luka tembak bisa memberikan dampak yang mengerikan, termasuk kematian, sebaiknya memang kita tidak bermain-main dengan senjata api dan selalu waspada agar tidak menjadi korban kriminalitas atau aksi terorisme.
0 comments:
Post a Comment