DokterSehat.Com– Ada banyak sekali hal yang akan dirasakan saat kita berpuasa. Sebagian orang merasakan lapar, haus, atau bahkan tubuh yang lemas saat menjalaninya. Hanya saja, jika dicermati, terkadang kita merasakan sensasi panas dan tidak nyaman seharian. Hal ini bahkan bisa membuat kita sulit untuk berikir dengan jernih. Sebenarnya, apa penyebab dari sensasi panas di dalam tubuh ini?
Puasa bisa menyebabkan panas dalam
Pakar kesehatan menyebut tubuh yang terasa jauh lebih panas saat puasa ini ternyata disebabkan oleh kondisi panas dalam. Masalah kesehatan ini bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal usia atau jenis kelamin. Kondisi ini akan membuat tubuh lebih sensitif dengan suhu udara, memicu sensasi nyeri pada tenggorokan dan rasa haus. Kita juga akan menyalami sensasi tidak nyaman pada saluran pencernaan, sariawan, dan bibir pecah-pecah.
Kemunculan panas dalam akibat berubahnya proses metabolisme di dalam tubuh dari yang terbiasa makan dan minum apa saja menjadi tidak makan dan minum dalam waktu yang sangat lama. Hal ini bisa mempengaruhi berbagai macam sistem dan organ tubuh.
Lantas, apakah kondisi panas dalam ini bisa membahayakan kesehatan? Pakar kesehatan menyebut kondisi ini biasanya mereda dengan sendirinya asalkan kita menerapkan pola makan yang sehat saat sahur dan berbuka puasa. Hanya saja, jika kita juga mulai mengalami gejala dehidrasi parah hingga hilang kesadaran, sebaiknya tidak ragu lagi membatalkan puasa demi menjaga kondisi kesehatan.
Beberapa penyebab panas dalam saat puasa
Munculnya gejala panas dalam ini memang bisa membuat tubuh terasa tidak nyaman selama berpuasa, apalagi jika sampai kita mengalami sariawan yang parah atau bibir pecah-pecah. Terkadang, untuk berbicara saja bisa terasa sangat menyakitkan.
Berikut adalah beberapa penyebab dari masalah panas dalam saat puasa yang sebaiknya kita hindari.
Kurang minum
Sebenarnya, kurang minum akan menyebabkan dampak berupa dehidrasi, namun jika kita sering melakukannya di bulan puasa, risiko untuk mengalami panas dalam juga akan meningkat. Hal ini bisa dilihat dari kondisi kulit dan bibir yang terlihat sangat kering atau bahkan pecah-pecah.
Pakar kesehatan menyarankan kita untuk memastikan asupan air putih sebanyak 8 gelas saat berbuka dan sahur. Kita bisa membaginya menjadi 2 atau 3 gelas saat sahur dan sisanya dikonsumsi saat dan setelah berbuka puasa.
Tidak menerapkan pola makan yang sehat
Karena tidak mengonsumsi makanan dan minuman apapun di siang hari, maka kita harus benar-benar memastikan asupan makanan yang sehat dan bergizi saat sahur dan berbuka. Jika tidak melakukannya, bisa jadi kita akan mengalami gejala seperti sembelit, gangguan pencernaan, hingga panas dalam.
Demi mencegah berbagai efek tersebut, pakar kesehatan menyarankan kita untuk memperbanyak asupan serat dari sayuran, buah, dan gandum. Jangan sering-sering mengonsumsi makanan olahan atau makanan instan meskipun rasanya enak atau praktis untuk diolah.
Kurang istirahat
Waktu santap sahur yang dilakukan di dini hari memang bisa membuat kita kurang istirahat. Jika sampai hal ini sering terjadi, maka kita pun akan lebih rentan mengalami panas dalam atau berbagai masalah kesehatan lainnya.
Pakar kesehatan menyarankan kita untuk menata waktu tidur dengan lebih baik di bulan puasa. Sebagai contoh, kita bisa tidur lebih awal agar setidaknya bisa tidur selama 6 jam sebelum bangun untuk makan sahur. Selain itu, kita juga sebaiknya tidur siang setiap hari demi menjaga stamina sekaligus menghemat energi. Hal ini akan bisa membantu menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat sehingga kita pun tidak akan mudah terkena penyakit.
0 comments:
Post a Comment