DokterSehat.Com – Apa itu Lyme disease? Lyme disease adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri genus Borrelia sp dan ditularkan lewat gigitan kutu berkaki hitam atau dikenal dengan deer tick. Kondisi ini bisa mengganggu berbagai sistem organ tubuh. Sementara itu, bakteri jenis Borrelia burgdorferi adalah penyebab Lyme disease di Indonesia.
Penyebab Penyakit Lyme
Pada dasarnya, Lyme disease bisa disebabkan oleh beberapa bakteri seperti Borrelia burgderfori, Borrelia mayonii, Borrelia afzelii, dan Borrelia garinii. Bakteri Borrelia ditularkan melalui perantara kutu, sering kali melalui kutu genus Ixodes sp atau melalui kutu Ambylomma sp.
Infeksi baru bisa terjadi apabila kutu berada di kulit selama 24 hingga 48 jam. Meski begitu banyak orang yang mengalami penyakit Lyme tidak menyadari adanya gigitan kutu.
Selain disebabkan oleh beberapa bakteri seperti di atas, penyakit Lyme sering kali berada di alam terbuka seperti hutan atau rumput. Mereka yang memiliki hewan peliharaan juga berisiko lebih tinggi untuk tertular Lyme disease.
Tidak hanya itu, apabila Anda mengonsumsi daging yang sudah terinfeksi dengan penyakit Lyme besar kemungkinan Anda untuk tertular. Lyme disease juga dapat menular dari ibu ke anak. Saat seorang ibu hamil terinfeksi, janin di dalam kandungannya bisa tertular. Meski jarang terjadi, risiko terbesar yang bisa dialami adalah lahir mati.
Gejala Penyakit Lyme
Pada dasarnya, Lyme disease memiliki beragam gejala yang muncul secara bertahap. Salah satu gejala yang mudah terlihat adalah bagian kulit sedikit menonjol, kemerahan, perlahan-lahan menyebar dan memudar pada bagian tengah. Umumnya ruam tidak menimbulkan rasa gatal dan rasa sakit.
Berikut adalah gejala penyakit Lyme yang umum terjadi, di antaranya:
Ruam
Tiga puluh hari setelah gigitan kutu, area kulit yang terkena akan memerah dengan bagian tengah yang memudar dengan bentuk menyerupai mata. Sementara itu, ruam (erythema migrans) meluas perlahan selama beberapa hari dan dapat menyebar hingga 12 inci (30 sentimeter). Biasanya tidak gatal atau menyakitkan tetapi mungkin terasa hangat saat disentuh.
Demam, menggigil, kelelahan, sakit kepala, leher kaku dan pembengkakan kelenjar getah bening adalah beberapa kondisi yang bisa menyertai ruam.
Nyeri sendi
Penyakit Lyme juga bisa menyebabkan nyeri sendi yang parah dan pembengkakan, sehingga sangat mungkin memengaruhi kondisi lutut Anda. Nyeri sendi juga bisa bergeser dari satu sendi ke sendi lainnya.
Masalah neurologis
Jika penyakit Lyme sudah Anda alami dalam jangku waktu yang cukup lama, Anda berisiko mengalami radang selaput yang mengelilingi otak (meningitis), kelumpuhan sementara pada satu sisi wajah Anda (Bell’s palsy), mati rasa atau kelemahan pada anggota tubuh dan gangguan pergerakan otot.
Beberapa gejala yang tidak umum terjadi, antara lain:
- Masalah jantung, seperti detak jantung tidak teratur.
- Peradangan mata.
- Peradangan hati (hepatitis).
- Kelelahan parah.
Perlu Anda ketahui, tidak semua bakteri penyebab penyakit ini menyebabkan Lyme disease. Namun, apabila Anda menyadari baru saja digigit, segera mungkin Anda harus menyingkirkan kutu tersebut. Semakin lama kutu menempel pada kulit, risiko infeksi dan gejala akan bisa semakin parah.
Diagnosis Penyakit Lyme
Banyak tanda dan gejala penyakit Lyme sering ditemukan pada penyakit lain, sering kali diagnosis sederhana akan sulit untuk menentukan apa ini Lyme disease atau bukan. Terlebih lagi, kutu yang menularkan penyakit Lyme juga dapat menyebarkan penyakit lain.
Jika Anda tidak memiliki ruam penyakit Lyme yang khas, dokter mungkin bertanya tentang riwayat medis Anda, termasuk aktivitas di luar ruangan apa saja yang Anda lakukan dan melakukan pemeriksaan fisik.
Langkah termudah yang bisa dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami penyakit Lyme adalah dengan pemeriksaan ruam di kulit. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan selama beberapa hari untuk memastikan adanya erythema migrans sebagai gejala yang khas dari Lyme disease.
Apabila seseorang tidak mengingat apakah pernah digigit kutu penyebab penyakit Lyme dan tidak terdapat erythema migrans, dokter akan memastikan dengan melakukan tes darah. Antibodi spesifik terhadap bakteri Borrelia sp dapat terdeteksi di dalam darah penderita melalui metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
Jika hasil tes antibodi Borrelia menggunakan metode ELISA dinyatakan positif, pasien disarankan untuk menjalani tes Western Blot untuk mengonfirmasi hasil tes ELISA. Meski begitu, metode ini kadang-kadang dapat memberikan hasil positif palsu, sehingga metode ini tidak digunakan sebagai diagnosis utama.
Pada dasarnya, tes laboratorium digunakan untuk mengidentifikasi antibodi terhadap bakteri sehingga dapat membantu mengonfirmasi atau menyingkirkan diagnosis. Metode ini paling dapat diandalkan beberapa minggu setelah infeksi, setelah tubuh Anda memiliki waktu untuk mengembangkan antibodi.
Pengobatan Penyakit Lyme
Pengobatan Lyme disease yang utama adalah antibiotik. Pemulihan akan lebih cepat apabila perawatan lebih cepat dilakukan. Obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati penyakit Lyme, di antaranya:
1. Antibiotik oral
Ini adalah pengobatan standar untuk penyakit Lyme tahap awal. Antibiotik yang biasa digunakan doxycycline dan amoxicillin untuk orang dewasa dan anak-anak (diatas 8 tahun). Sedangkan untuk wanita hamil dan menyusui menggunakan cefuroxime.
Pemberian antibiotik selama 14 hingga 21 hari biasanya direkomendasikan, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian antibiotik yang berlangsung 10 hingga 14 hari sama efektifnya.
2. Antibiotik intravena
Jika Lyme disease sudah memengaruhi sistem saraf pusat, dokter akan merekomendasikan perawatan dengan antibiotik intravena selama 14 hingga 28 hari. Cara ini efektif dalam menghilangkan infeksi.
Antibiotik intravena dapat menyebabkan berbagai efek samping, termasuk jumlah sel darah putih yang lebih rendah, diare ringan hingga berat, serta kolonisasi atau infeksi dengan organisme resisten antibiotik lain yang tidak terkait dengan penyakit Lyme.
Setelah perawatan, sejumlah kecil orang masih memiliki beberapa gejala, seperti sakit otot dan kelelahan. Penyebab dari gejala yang berkelanjutan ini disebut post-Lyme disease syndrome. Pengobatan antibiotik tidak dapat mengurangi gejala ini.
Berikut ini adalah beberapa jenis antibiotik yang dapat digunakan saat mengalami penyakit Lyme, di antaranya:
Penisilin
Antibiotik kelompok ini dapat diberikan sebagai pengganti kelompok tetracycline, terutama pada seseorang dengan penyakit Lyme yang alergi terhadap doxycycline, ibu hamil, dan anak-anak usia di bawah 8 tahun. Contoh antibiotik penisilin adalah penicillin VK, penicillin G, dan amoxicillin.
Makrolid
Antibiotik kelompok makrolid dapat membantu mengobati Lyme disease. Antibiotik ini dapat diberikan kepada pasien yang tidak dapat diberikan tetracycline maupun penisilin. Contoh antibiotik makrolida adalah erythromycin, clarithromycin, dan azithromycin.
Sefalosporin
Bagi seseorang yang tidak bisa diberikan doxycyline seperti cefuroxime, sefalosporin dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan. Sementara pada seseorang yang mengalami gejala yang berat, sefalosporin suntikan (ceftriaxone dan cefotaxime) bisa diberikan.
Pencegahan Penyakit Lyme
Pencegahan penyakit Lyme mudah dilakukan dengan menghindari aktivitas yang berisiko tergigit kutu penyebab Lyme disease. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan, di antaranya:
- Mengenakan celana panjang dan kemeja lengan panjang saat berada di luar ruangan.
- Menggunakan krim antiserangga untuk kulit terutama saat beraktivitas di daerah berumput.
- Bersihkan area halaman rumah Anda, terutama pada area yang jarang terpapar sinar matahari. Tempatkan kayu-kayu dan barang-barang bekas di area yang banyak sinar mataharinya.
- Jaga kebersihan diri dan binatang peliharaan agar kutu penyebab penyakit Lyme tidak menyerang Anda. Perlu diketahui, seseorang bisa menderita Lyme disease lebih dari sekali.
0 comments:
Post a Comment