Home » » Kisah Silicon Valley #91 – Memimpin Perusahaan Paling Berharga di Dunia

Kisah Silicon Valley #91 – Memimpin Perusahaan Paling Berharga di Dunia

Posted by Droid Tech Media on Friday, February 1, 2019

Seorang pemimpin harus melihat peluang eksternal dan kemampuan dan budaya internal perusah Kisah Silicon Valley #91 – Memimpin Perusahaan Paling Berharga di Dunia


“Seorang pemimpin harus melihat peluang eksternal dan kemampuan dan budaya internal perusahaan, semua hubungan di antaranya, dan menanggapinya sebelum hal ini menjadi ‘kebijakan konvensional’ yang jelas terlihat.” Demikian ungkap Satya Nadella saat ditanya bagaimana seharusnya bersikap sebagai seorang pemimpin untuk menanggapi peluang. Ketika para jurnalis bertanya kenapa pemimpin harus memberikan tanggapan sebelum timbul ‘kebijakan konvensional yang jelas’, Nadella menjabarkan, “Karena ketika semua itu sudah menjadi kebijakan yang baku, maka perusahaan akan kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.” Nadella kemudian mencontohkan Microsoft. Jika Microsoft berpikir kaku dan menjalankan perusahaan seperti Microsoft pada era 90-an, yaitu memanfaatkan dominasi dan ekspansi sekaligus mencegah kompetitor berkembang, maka hal itu tidak akan menguntungkan di masa sekarang ini. Di era sekarang ini yang penting adalah: kemitraan.


 


Dibenci karena Windows Phone


Seorang pemimpin harus melihat peluang eksternal dan kemampuan dan budaya internal perusah Kisah Silicon Valley #91 – Memimpin Perusahaan Paling Berharga di Dunia
via Softpedia

Satu di antara beberapa pandangan Nadella yang kontras dengan Ballmer adalah terkait produk ponsel milik Microsoft: Windows Phone. Ketika Steve Ballmer meminta tim pemimpin, yang mana merupakan eksekutif kepala divisi yang berada langsung di bawah kepemimpinannya (termasuk Nadella) untuk memutuskan jadi tidaknya mereka membeli Nokia untuk memperkuat lini Windows Phone, Nadella terang-terangan menolak. Dia mengungkapkan dengan sopan bahwa dia tidak memahami mengapa dunia memerlukan ekosistem ketiga ponsel jika mereka tidak mendapatkan keuntungan dari hal tersebut. Penentangan Nadella tidak mendapatkan hasil, Microsoft tetap membeli Nokia dengan nilai yang cukup fantastis, yaitu USD 7,6 miliar. Proses pembelian Nokia dimulai beberapa bulan sebelum Nadella resmi menjadi CEO Microsoft, sehingga mau tak mau, Nadella harus memasukkan Nokia ke dalam rencana jangka panjang Microsoft.


Membawa semangat One Microsoft, Nadella mengumumkan reboot untuk OS Windows Phone dengan sebuah konsep unik bersamaan dengan rilisnya Windows 10. Semua OS Microsoft akan memiliki napas yang sama dengan satu UI yang akan menjadikan penggunanya merasa akrab dan tidak kagok berpindah dari sistem desktop ke mobile. Windows 10 dan Windows 10 Mobile yang dirilis oleh Microsoft dibangun dengan core yang sama, sehingga memungkinkan integrasi optimal! Dari segi capaian teknis, sebenarnya ini sebuah prestasi yang luar biasa. Bahkan perusahaan yang dikenal dengan integrasi mendalam antar perangkatnya seperti Apple sekali pun tidak mampu mencapai tataran konsep yang sudah dicapai Microsoft. MacOS dan iOS mungkin saling mendukung, tapi tentu saja memiliki perbedaan besar baik dari tingkat UI maupun core engine yang mendukungnya. Sementara Microsoft bisa menjadikan OS-nya berjalan selaras dan terlihat menyatu. Ini ditambah lagi dengan ‘senjata rahasia’ bernama Continuum. Microsoft memiliki visi bahwa Continuum bisa digunakan oleh pengguna perangkat mobile yang memerlukan kekuatan desktop, hanya dengan bermodal monitor/televisi serta mouse dan keyboard. Perangkat Windows 10 Mobile dapat disulap seolah sebuah desktop!


Seorang pemimpin harus melihat peluang eksternal dan kemampuan dan budaya internal perusah Kisah Silicon Valley #91 – Memimpin Perusahaan Paling Berharga di Dunia


Ini memberikan Windows 10 Mobile sebuah keunikan di tengah jenuhnya pasar mobile. Sayangnya respon dunia teknologi terhadap hal ini kurang menggembirakan. Rata-rata headline berita tekno di tahun 2016, saat Nadella pertama kali mempresentasikan konsep ini adalah: “Microsoft memberikan jawaban atas pertanyaan yang tidak pernah ditanyakan oleh siapa pun”. Desain Lumia 950, perangkat yang pertama kali memiliki konsep Windows 10 Mobile dan Continuum, juga banyak dikritik oleh penggemar. Flagship Microsoft ini memiliki tampilan yang kurang elegan dibandingkan produk ponsel sebelum-sebelumnya. Belum lagi Microsoft seperti kurang memperhatikan elemen-elemen yang mendukung sebuah flagship, seperti misalnya audio yang kurang memadai dibandingkan produk sebelumnya, kualitas layar, kualitas polycarbonate yang digunakan, dan lebih parah lagi: Masalah desain yang kelihatan ‘tidak mahal’.


Seorang pemimpin harus melihat peluang eksternal dan kemampuan dan budaya internal perusah Kisah Silicon Valley #91 – Memimpin Perusahaan Paling Berharga di Dunia


Buntutnya, Nadella dituding tidak serius dalam mengembangkan Windows 10 Mobile. Apalagi, OS ini mewarisi masalah yang muncul sejak awal pengembangan: Minimnya minat developer untuk mengembangkan aplikasi di OS milik Microsoft. Nadella sudah berupaya untuk ‘mengakali’ permasalahan ini dengan konsep ‘one core’ Windows 10. Ketika mengembangkan aplikasi untuk Windows 10 desktop, maka developer bisa sekaligus merilis versi aplikasi untuk Windows 10 Mobile. Microsoft juga menawarkan insentif khusus, terutama bagi para developer aplikasi populer dengan banyak pengguna di seluruh dunia untuk membuat versi Windwos aplikasi tersebut. Ini sebenarnya konsep yang menarik untuk diimplementasikan. Sayangnya, developer kurang antusias menyambut ajakan ini. Microsoft terjebak dalam lingkaran setan di mana developer hanya bersemangat untuk merilis aplikasi ke platform yang sudah memiliki banyak pengguna, sedangkan untuk mendapatkan pengguna, di dunia yang sedang demam smartphone ini, maka platform milik Microsoft harus memiliki banyak aplikasi. Dengan melihat fakta ini saja, orang-orang sudah banyak yang bisa memperkirakan bagaimana akhir kisahnya.


Para pengguna Windows 10 Mobile yang setia mulai bergejolak ketika Nadella berupaya mengatasi tingginya biaya pemeliharaan platform ponsel Microsoft ini dengan cara-cara tradisional yang menyakitkan seperti ‘merumahkan’ banyak karyawan bagian produksi. Karyawan Nokia (yang sudah berada di bawah kendali Microsoft) adalah yang paling merasakan ini. Awal 2017, Microsoft sudah mengambil langkah untuk mengurangi pekerja di sektor ponsel hingga 7800 orang!


Akhirnya pada sekitar Oktober 2017, para petinggi Microsoft bergantian memberikan konfirmasi bahwa memang Windows 10 Mobile tidak lagi menjadi prioritas Microsoft. Ini kabar mengejutkan yang terasa terlalu cepat karena keluar dalam waktu tidak sampai dua tahun setelah Lumia 950 dirilis! Pers berupaya mengejar statemen Nadella, akan tetapi CEO Microsoft tersebut selalu memberikan jawaban diplomatis yang tidak menggambarkan situasi sesungguhnya.


Penghentian proyek yang dianggap terlalu cepat serta kurangnya usaha Nadella untuk mempertahankan platform seluler milik Microsoft ini, dengan segala sumber daya luar biasa yang dimiliki Microsoft menjadikan fans Microsoft menilai Nadella memang kurang berkomitmen untuk melanjutkan platform ini. Apalagi bukan rahasia bahwa memang sejak awal Nadella tidak menyetujui proyek pembelian Nokia!


Catatan tambahan: Kalau kamu tertarik untuk mengetahui selengkapnya saga antara Nokia dan Microsoft, maka kamu bisa membaca Kisah Silicon Valley #43 – #53 yang membahas mengenai Nokia beserta pasang surut hubungannya dengan Microsoft.


 



Merangkul ‘Musuh-Musuh’


Seorang pemimpin harus melihat peluang eksternal dan kemampuan dan budaya internal perusah Kisah Silicon Valley #91 – Memimpin Perusahaan Paling Berharga di Dunia
via Catchnews

Setelah Nadella resmi diumumkan sebagai CEO, terjadi banyak perubahan antara hubungan Microsoft dengan perusahaan-perusahaan lain. Misalnya posisi Dell dan Microsoft yang unik. Tahun 2012, ketika Microsoft merilis perangkat Surface, Dell adalah salah satu perusahaan mitra yang memprotes keras hal ini. Michael Dell, pemilik sekaligus CEO Dell menyatakan jika pembuat software mulai memproduksi hardware, tentu saja ini merugikan para pembuat hardware lainnya. Pasti akan muncul ketimpangan dalam produk yang akan merugikan para mitra pembuat hardware lain. Microsoft jalan terus dan banyak produsen hardware yang kesal oleh hal ini. Dell ‘membalas’ dengan menyabot akuisisi EMC. Microsoft sudah lama menginginkan perusahaan infrastruktur komputer dan cloud ini. Michael Dell menyabot pembelian EMC di detik terakhir untuk memperkuat lini Cloud milik Dell yang berfokus pada industri kesehatan. Ini menjadikan hubungan Microsoft dan Dell memburuk. Namun Nadella tetap menghadiri undangan peresmian EMC sebagai bagian dari Dell. Nadella juga terlihat akrab dengan Michael Dell di pesta tersebut. Ini menjadikan para jurnalis heran. Emily Chang dari Bloomberg News bahkan sampai menanyakan, “Apakah Anda berdua berteman? Atau apakah Anda berteman tapi bermusuhan?” Nadella tertawa sambil menjawab, “Kami teman lama yang bersaing dan melayani banyak konsumen yang sama.”


Ketika Yahoo!, salah satu raksasa Silicon Valley mengalami kejatuhan yang dahsyat, mereka mengajukan pelepasan klausul kontrak kepada Microsoft. Selama ini Yahoo! menggunakan Bing sebagai pendukung mesin pencari Yahoo! dan mereka berdua berbagi hasil dari iklan yang diperoleh. Karena kondisi finansial yang parah, Yahoo! kesulitan untuk membayar bagian yang seharusnya menjadi milik Microsoft dan bahkan mengajukan pemutusan kontrak. Jika ini era Ballmer, sudah pasti Yahoo! dihabisi oleh deretan pengacara elit Microsoft hingga bangkrut sebangkrut-bangkrutnya dan semua asetnya bakal diakuisisi oleh Microsoft. Namun Nadella bersimpati terhadap masalah yang dihadapi Yahoo! Dia bersedia merundingkan solusi yang tidak akan memberatkan Yahoo! tetapi juga tidak begitu merugikan Microsoft. Bahkan Microsoft harus melepaskan banyak potensi keuntungan dari pembayaran yang semestinya mereka terima dalam hal ini. Nadella beralasan lebih baik Microsoft menghindari proses pengadilan yang panjang dan mahal dan berfokus pada mengejar visi mereka saat ini saja.


Pada acara DreamForce 2015, Nadella mengejutkan hadirin dengan mempresentasikan aplikasi-aplikasi milik Microsoft di sebuah iPhone yang disebutnya sebagai ‘iPhone Pro’. Hal yang tidak akan terjadi di bawah kepemimpinan Ballmer yang selalu menganggap bahwa tiada produk di dunia ini sebaik produk Microsoft. Setahun sebelumnya, Nadella sudah ‘bergerilya’ untuk mewujudkan hal ini. Ketika baru saja dilantik menjadi CEO Microsoft, Nadella sudah mengungkapkan visinya agar semua software dan aplikasi milik Microsoft harus dapat dioperasikan di semua platform. Oleh karena itu, Microsoft akan memberikan dukungan penuh terhadap platform lain, baik MacOS, iOS, Android, Linux, dan banyak lagi.


Setelah Nadella menyampaikan misinya, Apple mengirimkan ‘catatan rahasia’ kepada tim Office. Apple meminta salah seorang engineer Microsoft menandatangani perjanjian untuk tidak membuka rahasia dan menghadiri rapat di Cupertino. Ini merupakan Standard Operation Procedure dalam industri teknologi. Dalam rapat tersebut, terungkap bahwa Apple akan merilis produk baru yang disebut sebagai ‘iPad Pro’. Perangkat ini akan memberikan alternatif kepada para profesional untuk bekerja. Microsoft diharapkan oleh Apple bersedia memberikan dukungan Office 365 di perangkat tersebut, lengkap dengan keistimewaan yang terlihat di perangkat Surface Pro milik Microsoft, yaitu inking, atau memungkinkan pengguna untuk menulis di perangkat dengan menggunakan pen. Nadella merasa gembira oleh kepercayaan Apple ini dan berjanji akan memberikan penuh dukungan dalam optimasi software-software milik Microsoft.


CEO baru ini nampaknya memang berhasil mengendurkan tensi antara Microsoft dan Apple yang cenderung tinggi di era Ballmer. Di hari peluncuran iPad Pro, Marketing Vice President Apple, Phil Schiller, bahkan merasa perlu memberikan kredit khusus untuk Microsoft. “Kami beruntung beberapa developer telah hadir untuk bekerja sama dalam produktivitas profesional. Siapa lagi yang memahami produktivitas melebihi Microsoft?”


Hadirin di acara tersebut benar-benar tak menduga bahwa Schiller akan menyebut nama Microsoft dengan nada yang sangat akrab sehingga tawa canggung mengisi ruangan.


Di tempat lain, pada Oktober 2014 Nadella juga membuat kejutan. Di acara presentasi cloud yang disampaikan di San Francisco, Nadella mengungkapkan bahwa Redmond akan memberikan dukungan penuh terhadap RedHat, salah satu distro Linux populer. Alasan di balik dukungan tersebut adalah Azure yang merupakan produk cloud Microsoft sudah berbasis Linux. Oleh karena itu tidak mengejutkan jika Microsoft memberikan dukungan penuh terhadap Linux.



Pernyataan ini bukan saja mengejutkan khalayak yang hadir, akan tetapi juga dunia teknologi karena sejarah Linux selama ini adalah OS yang dibuat untuk ‘menghantam kecongkakan’ Microsoft. Ketika Windows menguasai lebih dari 95% pasar OS, Microsoft seakan bebas melempar produk apa pun karena tentu saja dengan landasan Windows, mereka berhak berbuat apa saja (dan pasti laris dengan mengandalkan Windows yang digunakan orang di seluruh dunia). Linus Torvalds, seorang programmer Finlandia, dengan didukung banyak developer kemudian menggagas project Linux sebagai open source, dalam artian semua orang berhak ikut serta berkontribusi dalam kodenya. Linux kemudian menjadi OS alternatif untuk orang-orang yang tidak ingin ‘terikat dengan kapitalis’ macam Microsoft atau Apple.


Jika Ballmer menekan dan membully Linux habis-habisan, Nadella justru menyatakan mencintai Linux. Sebagai ‘gong’-nya, Nadella juga menyatakan bahwa Microsoft akan lebih mendukung open source serta menjadikan Windows 10 mendukung bash shell. Koran-koran pun berkomentar: “Dunia pasti sudah terbalik”


Belum berhenti dengan upayanya ‘merangkul musuh’, Microsoft mengumumkan bahwa mereka bekerja sama dekat dengan Google agar Office bisa berjalan di platform Android. Microsoft juga merayu Google agar seluruh aplikasi milik Google bisa berjalan secara universal di platform Windows.


Sikap Nadella nampaknya sedikit melunakkan hati eksekutif dan tokoh Microsoft lainnya. Dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada September 2017, Bill Gates kelepasan mengungkapkan, “Sebetulnya saya baru saja beralih ke ponsel Android” Wartawan pun mengejar lebih lanjut dengan menanyakan apakah ada kemungkinan dia akan menggunakan iPhone. Gates seketika langsung menjawab, “Tidak.. Tidak ada iPhone”


Seorang pemimpin harus melihat peluang eksternal dan kemampuan dan budaya internal perusah Kisah Silicon Valley #91 – Memimpin Perusahaan Paling Berharga di Dunia
images by CNBC

Sikapnya yang konsisten untuk menjadikan Microsoft ‘ada di mana-mana’ dengan cara ‘merangkul pesaing’ tersebut perlahan-lahan mengubah wajah Microsoft. Redmond yang dulu dikenal kaku dan konservatif dalam menghadapi persaingan, kini terlihat luwes dan keren. Nadella berkali-kali menekankan bahwa Microsoft berfokus ‘untuk memberdayakan’ dan ‘menjadikan orang lain keren’ dengan berbagai aplikasi produktif miliknya. Namun tak dapat dipungkiri bahwa Microsoft memiliki banyak senjata rahasia yang bisa menjadi amunisi di masa mendatang. HoloLens yang dikembangkan Microsoft memiliki terapan teknologi hologram terbaik, sayangnya produk ini belum dirilis secara massal, sehingga tidak banyak konsumen yang membicarakannya. Microsoft juga mengoleksi banyak paten yang menjadi landasan banyak produk (utamanya Android). Dari ongkang-ongkang kaki saja, Microsoft memiliki banyak pemasukan dari paten-paten ini. Lini Surface Microsoft menjadi perwakilan sebagai produk Microsoft yang keren dan bersahabat dengan konsumen. Jerih payah Microsoft dalam mengembangkan Surface ini terbayar dengan masuknya mereka ke dalam daftar lima besar penjual PC terbanyak di AS tahun 2018!


Bukan hanya ‘merangkul musuh’, Nadella juga memperluas daftar opsi Microsoft dengan mengakuisisi beberapa perusahaan yang dinilainya potensial. Salah satu perusahaan yang diakuisisi Microsoft di awal masa kepemimpinan Nadella adalah Mojang dengan nilai USD 2,5 miliar. Mojang adalah developer yang mengembangkan game Minecraft, salah satu game paling laris yang banyak dimainkan orang di desktop Windows. Minecraft juga dinilai sebagai game edukasi yang brilian untuk anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.


Dua tahun masa kepemimpinan Nadella, Microsoft mengumumkan akuisisi LinkedIn sebesar USD 7,9 miliar. Nilai ini dikritik terlalu besar untuk sebuah media sosial. Meskipun demikian, Nadella memandang bahwa akuisisi LinkedIn ini penting untuk pengembangan divisi A.I Microsoft serta produk bisnis Microsoft mendatang.


Namun tidak ada yang lebih mengejutkan dari kabar diakuisisinya GitHub oleh Microsoft. Platform open source andalan developer ini resmi dibeli Microsoft melalui pernyataan pada bulan Juni 2018. Terjadi kontroversi besar di dunia developer. Sebagian mendukung diakuisisinya GitHub, dan sebagian lagi merasa bahwa akuisisi GitHub ini akan mengekang kebebasan dunia open source. Microsoft mengemukakan bahwa landasan diakuisisinya platform ini adalah karena Microsoft sendiri sebenarnya adalah penyumbang kode terbesar di GitHub (bahkan lebih dari 50%). Jadi akuisisi senilai USD 7,5 miliar ini terasa relevan.


 


 


Perusahaan paling berharga di dunia


Seorang pemimpin harus melihat peluang eksternal dan kemampuan dan budaya internal perusah Kisah Silicon Valley #91 – Memimpin Perusahaan Paling Berharga di Dunia


Karena Nadella diangkat sebagai CEO berkat kesuksesannya di divisi cloud, maka tidak mengejutkan jika pertumbuhan cloud di Microsoft sangat masif. Cloud selalu menjadi penyumbang keuntungan terbesar di Microsoft. Pertumbuhannya juga sangat menakjubkan. Angka profit di atas 100% setiap tahun selalu tertulis di laporan keuangan Microsoft! Fakta ini, ditambah lagi sikap Microsoft yang dianggap ‘mengabaikan konsumen biasa’ (dari kasus Windows Phone dan rilisan Windows 10 yang terkadang kurang bersahabat bagi konsumen) menjadikan orang banyak nyinyir bahwa Microsoft kini ‘hanya perusahaan cloud’ dan ‘hanya peduli pada Enterprise’.


Tapi Nadella jalan terus. Profit dan kepercayaan pemegang saham menjadi justifikasi bahwa keputusannya tepat. Pendapat negatif? Sejak Microsoft berdiri, perusahaan ini sudah lekat dengan citra negatif akibat kekuatan monopolinya, jadi internal Microsoft sendiri sudah tidak ambil pusing dengan protes publik mengenai keputusan-keputusan internal. Meskipun demikian, Nadella berupaya untuk membangun citra “Microsoft listen” dalam artian Microsoft mendengarkan pendapat konsumennya. Ide konsumen, kritik, dan permintaan terkait produk-produk Microsoft, jika dapat diikuti maka mereka coba untuk implementasikan. Nadella berupaya mengambil hati para penggemar Microsoft melalui langkah ini, namun bagaimanapun juga, barisan sakit hati dari kelompok pengguna Windows Phone cukup besar. Mungkin mereka akan seterusnya men-cap Nadella sebagai “CEO yang membunuh Windows Phone”. Bagaimana pun juga, Nadella tidak goyah.


Seorang pemimpin harus melihat peluang eksternal dan kemampuan dan budaya internal perusah Kisah Silicon Valley #91 – Memimpin Perusahaan Paling Berharga di Dunia
Tim Cook, Trump, dan Nadella via CNBC

Keteguhannya dalam memegang prinsip, dipadu oleh keluwesannya dalam menghadapi dunia luar, menjadikan Microsoft mampu bertahan kukuh dalam perubahan. Gonjang-ganjing politik Amerika Serikat dengan terpilihnya Presiden Donald Trump menimbulkan guncangan bagi Silicon Valley. Sebagai Presiden yang diusung kelompok konservatif, Trump memusuhi banyak pendukung demokrat. Jeff Bezos mengalami masa-masa sulit karena Washington Post yang dimilikinya banyak mengkritik Trump. Sang Presiden membalas dengan mem-bully Amazon dan memerintahkan penyelidikan terhadap Bezos yang dianggapnya mengemplang pajak (padahal Trump sendiri menolak melaporkan bukti pembayaran pajaknya). Tim Cook dan Apple mengalami masalah karena perang dagang AS dan Tiongkok. Selain sebagian besar perangkat Apple di dunia diproduksi oleh Foxconn, Tiongkok, negara ini juga salah satu pembeli iPhone terbesar. Uniknya, Nadella dengan luwes bisa memimpin Microsoft menyesuaikan diri dengan rezim ini, bahkan kembali memenangkan tender dengan Departemen Pertahanan AS untuk memberikan support teknologi bagi militer negara adidaya tersebut.


Semua upaya Nadella berbuah manis pada Desember 2018. Untuk pertama kalinya sejak tahun 2008, yaitu saat gelar ‘perusahaan paling berharga di dunia’ lepas dari tangan Microsoft, raksasa software asal Redmond ini kembali mendapatkannya! Satya Nadella, CEO berdarah India ini adalah orang yang berhasil mendudukkan Microsoft ke singgasananya sebagai perusahaan dengan market cap tertinggi di dunia!


 


 


Referensi


Bort, Julie. (2014). SOURCE: Here’s The ‘Dirty Little Secret’ Of Microsoft’s Cloud BusinessBusiness Insider.


Clarke, Gary. (2016). A Brief History of Microsoft AzureGaryclarke


Konrad, Alex. (2018). Exclusive CEO Interview: Satya Nadella Reveals How Microsoft Got Its Groove Back. Forbes.


Nadella, Shaw, and Nichols. (2017). Hit Refresh: The Quest to Rediscover Microsoft’s Soul and Imagine a Better Future for Everyone


Nusca, Andrew. (2016). The Man who is Transforming MicrosoftFortune.


Osovitny, Vadim. (2018). Azure fathers: Dave Cutler and Amitabh Srivastava. Azurecloud.


Soper, Taylor. (2017). Microsoft CEO Satya Nadella recounts his first time meeting Steve Ballmer in 1992. Geekwire.


Wharton. (2018). Microsoft CEO Satya Nadella: How Empathy Sparks InnovationKnowledge.Wharton



Sumber https://indoint.com/


0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blog Archive

.comment-content a {display: none;}