Home » » Tips Menurunkan Asupan Garam Harian

Tips Menurunkan Asupan Garam Harian

Posted by Droid Tech Media on Sunday, January 13, 2019

garam-doktersehat

DokterSehat.Com– Garam masih menjadi salah satu bumbu makanan yang paling sering kita gunakan. Banyak orang yang bahkan menyebut makanan tanpa garam akan terasa jauh lebih hambar. Padahal, pakar kesehatan menyebut konsumsi garam harus dibatasi karena akan mempengaruhi kadar cairan tubuh dan risiko hipertensi dengan signifikan.

Dampak kelebihan asupan garam

Pakar kesehatan menyebut kebiasaan mengonsumsi garam dalam jumlah banyak bisa memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan organ kardiovaskular. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya risiko terkena hipertensi. Padahal, kondisi ini jika dibiarkan akan berimbas pada risiko terkena serangan jantung, stroke, gangguan penglihatan, dan gangguan ginjal.

Telah ada penelitian yang membuktikan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi bisa meningkatkan risiko hipertensi, khususnya pada mereka yang sudah berusia lebih dari 50 tahun. Hanya saja, jika konsumsi garam yang tinggi ini sudah kita lakukan sejak usia dini, maka di usia produktif kita sudah bisa terkena masalah kesehatan tersebut.

Begini cara menurunkan asupan garam harian

Banyak orang yang sadar tentang bahaya asupan garam berlebihan, namun tak kuasa untuk menurunkannya karena tak ingin rasa masakan menjadi kurang lezat. Padahal, menurut pakar kesehatan, kita bisa mencoba untuk menurunkannya sedikit demi sedikit. Dengan melakukannya, maka lidah akan terbiasa dengan makanan dengan kadar garam yang minim.

Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan asupan garam.

  1. Selalu cek label makanan kemasan

Selalu cek label makanan kemasan yang akan kita beli. Sebagai contoh, jika kita ingin makan keripik atau roti, maka kita bisa memastikan apakah kandungan sodiium di dalamnya tinggi atau tidak. Pakar kesehatan biasanya menyarankan kita untuk tidak mengonsumsi makanan dengan kadar sodium lebih dari 140 mg.

  1. Jangan biasakan mengonsumsi makanan kalengan

Beberapa produk kalengan seperti sarden memang biasanya sulit untuk dicari jenisnya yang segar, namun produk kalengan lain seperti sayur kalengan sebaiknya tidak konsumsi karena tersedia sayuran segar yang jauh lebih sehat.

  1. Hindari daging olahan

Banyak orang yang menjadikan daging olahan sebagai lauk karena mudah dan praktis untuk disiapkan. Masalahnya adalah daging olahan seperti nugget dan sosis ini cenderung memiliki kadar garam yang tinggi.

  1. Tak lagi mengonsumsi makanan cepat saji

Meski enak, makanan cepat saji seperti French fries, burger, dan pizza cenderung memiliki kadar garam dan lemak jenuh yang tinggi sehingga bisa membahayakan kesehatan organ kardiovaskular. Makanan-makanan beku juga cenderung memiliki kadar garam yang tinggi sehingga sebaiknya tidak kita hindari.

  1. Pilih camilan yang tepat

Keripik, crackers, biskuit, dan camilan renyah lainnya biasanya tinggi kandungan garam. Kita pun sebaiknya mulai menghindarinya atau menggantinya dengan camilan sehat layaknya kacang-kacangan atau buah segar.

  1. Mengganti garam dengan rempah-rempah

Jika kita ingin masakan tetap memiliki rasa yang lezat meski kadar garam yang kita masukkan lebih rendah, pakar kesehatan menyarankan kita untuk menggantinya dengan rempah-rempah. Hanya saja, berhati-hatilah dengan rempah-rempah kemasan karena bisa saja memiliki kandungan garam yang tinggi.

Batasan asupan garam setiap hari

Pakar kesehatan menyarankan kita untuk membatasi asupan garam setiap hari maksimal 5 gram atau sekitar 1 sendok teh saja. Jumlahnya memang terlihat sangat sedikit, namun jika kita terbiasa mengonsumsinya lebih dari batasan tersebut, maka kita pun akan lebih rentan terkena berbagai masalah kesehatan. Selain saat memasak, kita juga harus selalu mengecek kadar garam yang ada dalam makanan kemasan demi memastikan bahwa kita tidak mengonsumsi garam dengan berlebihan.

Dengan melakukan berbagai hal ini, maka kita pun tidak akan mengalami kenaikan risiko terkena penyakit berbahaya seperti hipertensi dan berbagai penyakit pada organ kardiovaskular lainnya.


0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Blog Archive

.comment-content a {display: none;}